I. Pemeliharaan Jiwa
Sebagaimana halnya fisik manusia, jiwa manusiapun dapat sakit. Dampak dari penyakit kejiwaan ini tidak kalah parah dampaknya bagi manusia dibandingkan penyakit fisik ataupun penyakit akal. Perasaan sombong, dengki, buruk sangka dan berbagai penyakit jiwa lainnya dapat menggerakkan jasad dan akal untuk berbuat suatu keburukan. Karenanya, jiwa manusia harus dipelihara. Adapun pemeliharaan jiwa dapat dilakukan dengan :
- Memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah dan mengingat Sang Pencipta Alam Semesta
- Mendalami ajaran agama
- Menyediakan waktu untuk menyendiri dan merenungi aktivitas yang sudah dilakukan sekaligus reorientasi keberadaan diri sebagai manusia
- Menyibukkan diri dengan perbuatan baik
- Membangun konsep diri yang efektif dengan menyadari kelebihan dan kekurangan diri serta terus mencoba untuk memperbaiki diri
- Bergaul dengan orang-orang yang baik jiwanya dan benar ibadahnya
- Berusaha untuk ikhlash dalam setiap aktivitas
- Memperhatikan dan memikirkan alam semesta dan hakikat penciptaan manusia
- Perbanyak membantu sesama
- Menjaga penglihatan, pendengaran dan hati dari kemaksiatan dan hal-hal yang dapat merusak jiwa
- Senantiasa mengedepankan pikiran dan sikap positif
II. Pemeliharaan Fisik
Fisik manusia memiliki keterbatasan, terlalu sedikit aktivitas pemeliharaan fisik akan melemahkan fisik, namun terlalu banyakpun tidak baik untuk fisik. Jadi, aktivitas pemeliharaan fisik harus dijaga kadarnya. Sakitnya fisik akan berdampak luas bagi produktivitas manusia, termasuk dalam memenuhi kebutuhan jiwa dan akalnya. Adapun pemeliharaan fisik dapat dilakukan dengan :
- Memelihara pola makan yang teratur dan memenuhi standar gizi
- Memelihara pola tidur yang efektif
- Membiasakan diri berolahraga secara teratur dan kontinyu
- Menghindari makan dan tidur secara berlebihan
- Menjauhi kebiasaan begadang
- Membiasakan diri bangun pagi
- Membiasakan diri berpuasa
- Tidak membebani diri terlalu berat dalam pekerjaan
- Menjaga kebersihan fisik diri dan lingkungan
- Sebaiknya memiliki kemampuan dasar bela diri
- Menjauhi rokok, alkohol dan berbagai makanan dan minuman lain yang dapat mengganggu kesehatan
- Secara berkala memeriksakan kondisi kesehatan
III. Pemeliharaan Akal
Seperti halnya jiwa dan fisik manusia yang membutuhkan pemeliharaan dan ’makanan’, akal manusiapun butuh pemeliharaan dan butuh suplai ’makanan’ secara teratur. Makanan bagi akal adalah ilmu dan kurangnya pasokan makanan ini akan mengakibatkan kelambanan dalam berpikir. Sakitnya akal, cepat atau lambat, akan menyebabkan sakitnya jiwa dan fisik manusia. Karenanya, akal manusia harus dipelihara dengan baik. Adapun pemeliharaan akal dapat dilakukan dengan :
- Melakukan aktivitas pemeliharaan jiwa dan fisik. Ruhiyah yang bagus dan fisik yang sehat akan mengoptimalkan sisi fikriyah manusia
- Gemar menuntut ilmu, kapanpun, dimanapun, sampai kapanpun
- Mengaplikasikan dan mengajarkan secara positif ilmu yang dimiliki, walaupun sedikit
- Aktif dalam bertanya dan menggali ilmu pengetahuan
- Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
- Gemar berdiskusi dan saling tukar pikiran/ informasi
- Membiasakan diri untuk mengembangkan dan menyampaikan ide/ gagasan
- Konsentrasi dan teliti dalam menjalankan aktivitas
- Tidak menumpuk masalah
- Mengoptimalkan kelebihan dan fasilitas yang dimiliki untuk optimalisasi akal
- Menjauhi sikap sombong dan kikir terhadap ilmu pengetahuan
- Menyediakan waktu khusus untuk menenangkan pikiran
IV. Total (Human) Maintanance Management
Mengingat pentingnya pemeliharaan terhadap komponen-komponen penyusun tubuh manusia, maka diperlukan satu upaya memfasilitasi kesemuanya dalam satu sistem yang terintegrasi. Tentunya bukan sistem yang menggembar-gemborkan pemeliharaan fisik yang berorientasi kepada rupa manusia. Sistem yang mungkin melakukannya adalah sistem pendidikan terintegrasi. Hanya saja, saat ini kondisinya sistem pendidikan yang ada lebih menekankan pada sisi kognitif yang lebih identik dengan pemeliharaan akal saja. Padahal yang dibutuhkan adalah figur manusia yang mantap ruhiyahnya, kuat fisiknya dan cerdas, mungkin figur seperti Rasulullah Muhammad SAW atau Ali bin Abi Thalib r.a, yang terbina dengan sistem pendidikan yang bersumber pada manhaj (metode) ilahiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar