Entri Populer

Kamis, 27 Januari 2011

Kualitas Mubaligh Zaman Sekarang

Tidak jarang saya mendengar keluhan dari sebagian JM yg baru kedatangan MT baru di kelompoknya. Inti dari keluhan tersebut adalah tidak puas dengan kualitas MT yang diterjunkan ke kelompoknya. Bahkan ada yg mengatakan bahwa MT baru tersebut *kurang barokah*. Meskipun jika dinilai, memang kualita...s MT yg bersangkutan ya masih kurang dari yang diharapkan, tapi Saya selaku MT, agak mengernyitkan dahi ketika mendengar ungkapan yg terucap dari para JM tersebut. Bukan dengan tanpa alasan, bahkan saya punya alasan dan penjelasan yang detail mengenai hal ini.

Jika ada kejadian seperti ini, saya jadi teringat akan nasehat Pak Guru saya di Kertosono pada Juli 2008 yang lalu. Beliau nasehat pada saya & teman-teman dengan penjelasan yang mudah dipahami dan dengan memberikan gambaran yang sederhana sekali. Saya tidak akan menjelaskan tentang nasehat tersebut, tapi saya akan menceritakan tentang gambaran yang diberikan oleh Pak Guru tersebut yang intinya mengenai Kualitas MT.


Kalau kita memproduksi suatu produk, tentu kita menginginkan kualitas terbaik dari produk yang kita hasilkan. Oleh karena itu, untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, maka produk tersebut harus dibuat dari bahan baku yang berkualitas tinggi pula. Tidak mungkin kita akan menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan menghasilkan bahan baku yang kualitas rendah.


Contohnya di ruangan ini. Ada tiang-tiang yang kuat sehingga bangunan ini bisa berdiri dengan kokoh. Nah, sudah pasti tiang-tiang dan bangunan ini dibangun dengan menggunakan bahan-bahan bangunan pilihan & bahan-bahan bangunan yang berkualitas pula. Mulai dari semen, pasir, batu koral, bata, dan sebagainya. Seandainya tiang-tiang dan bangunan ini tidak dibangun dengan bahan yang berkualitas, kemungkinan kualitasnya jelek & daya tahannya juga tidak akan lama.


Demikian juga para MT dalam JM. Sekarang ini JM sudah banyak dimana-mana. Permintaan MT sangat banyak. Dan semua JM selalu minta MT yang kualitasnya baik. Yang sempurna kepribadiannya, sempurna pembawaannya, baik mengajarnya, bisa menguasai materi, bisa ini bisa itu ya pokoknya yang baik. Itulah permintaan para JM.


Dan ketika ada MT yg dikirim ke kelompok tersebut, usianya masih sangat muda, bahkan belum sampai 20 tahun, latar belakang pendidikan juga hanya SMP, penguasaan terhadap materi juga seadanya, bahkan tingkat kedewasaannya juga masih perlu ditingkatkan lagi. Lalu, apa tanggapan para JM? Sayang... sebagian JM menanggapi kehadiran MT tersebut dari sisi kekurangannya. Para JM merasa kualitas MT yg dikirim ke kelompoknya itu tidak memadai & tidak sesuai dengan yang diharapkan.


Padahal........... seharusnya para JM menyadari. Sesuai dengan gambaran di atas tadi, jika ingin menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, maka bahan bakunya juga harus yang berkualitas tinggi pula.


Nah... adanya SEBAGIAN MT-MT sekarang ini memiliki kualitas seadanya, ya kembali ke JM masing-masing. Karena JM lah yang mengirimkan bahan baku itu ke pusat. Dan kami pengurus disini insya Alloh bisa mendidik calon MT menjadi MT yang berkualitas tinggi jika bahan bakunya juga berkualitas.


Nah, itu sedikit cuplikan dari Nasehat Pak Guru di Kertosono pada Juli 2008 yang lalu.

Apa yang bisa teman-teman tangkap dari penjelasan di atas? Bisakah teman-teman melihat dan renungkan apa yang terjadi di sekitar kita (JM) sekarang ini? Coba lihat ke pondok-pondok mini di daerah. Coba telitilah...


Terkadang, pilihan untuk menjadi MT adalah pilihan terakhir ketika seorang anak yang cenderung bandel, tidak mau sekolah, orang tuanya sudah tidak sanggup mengurusnya, lalu anak tersebut di kirim ke pondok. Apakah ini bahan baku yang berkualitas?


Atau ada anak yang ingin lanjut ke perkuliahan, daftar sana sini tidak lulus karena MUNGKIN tingkat SDM-nya belum memadai, akhirnya memilih berangkat ke pondok karena bingung mau memilih kemana lagi. Apakah ini bahan baku yang berkulitas?


Atau, ada anak yg nakal, korban pergaulan liar, bahkan korban Narkoba. Orang tua sudah pasrah, akhirnya dikirim ke pondok & dijadikan calon MT. Apakah ini bahan baku yang berkualitas?


Terkadang kami sekalu Guru-guru di Pondok mini hanya bisa menata hati sekuat mungkin, ditambah setumpuk Husnuzdonbillah untuk memulai *mereparasi* anak-anak seperti itu di pondok. MEMANG... TIDAK SEMUANYA....


Sedangkan anak - anak JM yg IQ-nya tinggi. SDM-nya tingkat tinggi, Kecerdasannya mantap, sudah lulus dari Sarjana, kenapa tidak dikirim ke pondok untuk jadi calon MT?? Kenapa??


Padahal, waktu belajar untuk menjadi MT itu tidaklah lama. Hanya sebentar. Apalagi bagi anak2 yg memang SDM-nya memadai, insya @ tidak sampai 2 tahun saja.


Ah sudahlah... saya tidak akan memperpanjang catatan ini lagi meskipun masih banyak yg ingin saya sampaikan. Terakhir saya hanya berharap kepada teman-teman, yang sudah lulus sekolah, lulus kuliah dengan baik supaya menanamkan niat tuk turut andil dalam perjuangan QHJ dengan wujud memberangkatkan dirinya ke pondok.


Marilah sisihkan waktu 1-2 tahun untuk menjadi santri pondok & mari sama2 kita tingkatkan kualitas MT-MT dalam JM yang mana hasilnya tidak lain tidak bukan adalah untuk kita bersama & untuk anak cucu kita ila yaumil qiyamah.


Klo bukan kita, lalu siapa lagi???  Ingatlah Nabi pernah bersabda "Rusaknya umatku ada di tangan pemuda/i yang bodoh (dalam hal ilmu agama)" :'(

Dan... "Alloh benci terhadap orang yang pintar masalah dunia, tapi bodoh masalah akhirot"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar