Entri Populer

Jumat, 28 Januari 2011

Jubail Industrial Area




منA view of Deffi Parkتزه
 البحريةAnother view of Deffi Park
شاطئالفناتيFanateer Beachر
شائ الChildren’s Park at Fanateer Beachفناتير
شاطئ الفناAnother view of Fanateer Beachير
شاطئ الخInter Continental Holiday (previously Holiday Inn)ليج
شاطئ الخليجWild Spring Flowers
جسر مدخل الصناعيةWild Spring Flowers near College Beach
جسر جديدIntersection for Jubail Downtown
أحد الشوارعIntersection for RC building
شاطئ الخليج
أحد الإشاراتView of Nakheel Beach
نهاية شاIntersection for Fanateer Hospitalط الخليج
شاطئ الخليجAnother view of Nakheel Beach
 Nakheel Beach

Kamis, 27 Januari 2011

Kualitas Mubaligh Zaman Sekarang

Tidak jarang saya mendengar keluhan dari sebagian JM yg baru kedatangan MT baru di kelompoknya. Inti dari keluhan tersebut adalah tidak puas dengan kualitas MT yang diterjunkan ke kelompoknya. Bahkan ada yg mengatakan bahwa MT baru tersebut *kurang barokah*. Meskipun jika dinilai, memang kualita...s MT yg bersangkutan ya masih kurang dari yang diharapkan, tapi Saya selaku MT, agak mengernyitkan dahi ketika mendengar ungkapan yg terucap dari para JM tersebut. Bukan dengan tanpa alasan, bahkan saya punya alasan dan penjelasan yang detail mengenai hal ini.

Jika ada kejadian seperti ini, saya jadi teringat akan nasehat Pak Guru saya di Kertosono pada Juli 2008 yang lalu. Beliau nasehat pada saya & teman-teman dengan penjelasan yang mudah dipahami dan dengan memberikan gambaran yang sederhana sekali. Saya tidak akan menjelaskan tentang nasehat tersebut, tapi saya akan menceritakan tentang gambaran yang diberikan oleh Pak Guru tersebut yang intinya mengenai Kualitas MT.


Kalau kita memproduksi suatu produk, tentu kita menginginkan kualitas terbaik dari produk yang kita hasilkan. Oleh karena itu, untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, maka produk tersebut harus dibuat dari bahan baku yang berkualitas tinggi pula. Tidak mungkin kita akan menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan menghasilkan bahan baku yang kualitas rendah.


Contohnya di ruangan ini. Ada tiang-tiang yang kuat sehingga bangunan ini bisa berdiri dengan kokoh. Nah, sudah pasti tiang-tiang dan bangunan ini dibangun dengan menggunakan bahan-bahan bangunan pilihan & bahan-bahan bangunan yang berkualitas pula. Mulai dari semen, pasir, batu koral, bata, dan sebagainya. Seandainya tiang-tiang dan bangunan ini tidak dibangun dengan bahan yang berkualitas, kemungkinan kualitasnya jelek & daya tahannya juga tidak akan lama.


Demikian juga para MT dalam JM. Sekarang ini JM sudah banyak dimana-mana. Permintaan MT sangat banyak. Dan semua JM selalu minta MT yang kualitasnya baik. Yang sempurna kepribadiannya, sempurna pembawaannya, baik mengajarnya, bisa menguasai materi, bisa ini bisa itu ya pokoknya yang baik. Itulah permintaan para JM.


Dan ketika ada MT yg dikirim ke kelompok tersebut, usianya masih sangat muda, bahkan belum sampai 20 tahun, latar belakang pendidikan juga hanya SMP, penguasaan terhadap materi juga seadanya, bahkan tingkat kedewasaannya juga masih perlu ditingkatkan lagi. Lalu, apa tanggapan para JM? Sayang... sebagian JM menanggapi kehadiran MT tersebut dari sisi kekurangannya. Para JM merasa kualitas MT yg dikirim ke kelompoknya itu tidak memadai & tidak sesuai dengan yang diharapkan.


Padahal........... seharusnya para JM menyadari. Sesuai dengan gambaran di atas tadi, jika ingin menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, maka bahan bakunya juga harus yang berkualitas tinggi pula.


Nah... adanya SEBAGIAN MT-MT sekarang ini memiliki kualitas seadanya, ya kembali ke JM masing-masing. Karena JM lah yang mengirimkan bahan baku itu ke pusat. Dan kami pengurus disini insya Alloh bisa mendidik calon MT menjadi MT yang berkualitas tinggi jika bahan bakunya juga berkualitas.


Nah, itu sedikit cuplikan dari Nasehat Pak Guru di Kertosono pada Juli 2008 yang lalu.

Apa yang bisa teman-teman tangkap dari penjelasan di atas? Bisakah teman-teman melihat dan renungkan apa yang terjadi di sekitar kita (JM) sekarang ini? Coba lihat ke pondok-pondok mini di daerah. Coba telitilah...


Terkadang, pilihan untuk menjadi MT adalah pilihan terakhir ketika seorang anak yang cenderung bandel, tidak mau sekolah, orang tuanya sudah tidak sanggup mengurusnya, lalu anak tersebut di kirim ke pondok. Apakah ini bahan baku yang berkualitas?


Atau ada anak yang ingin lanjut ke perkuliahan, daftar sana sini tidak lulus karena MUNGKIN tingkat SDM-nya belum memadai, akhirnya memilih berangkat ke pondok karena bingung mau memilih kemana lagi. Apakah ini bahan baku yang berkulitas?


Atau, ada anak yg nakal, korban pergaulan liar, bahkan korban Narkoba. Orang tua sudah pasrah, akhirnya dikirim ke pondok & dijadikan calon MT. Apakah ini bahan baku yang berkualitas?


Terkadang kami sekalu Guru-guru di Pondok mini hanya bisa menata hati sekuat mungkin, ditambah setumpuk Husnuzdonbillah untuk memulai *mereparasi* anak-anak seperti itu di pondok. MEMANG... TIDAK SEMUANYA....


Sedangkan anak - anak JM yg IQ-nya tinggi. SDM-nya tingkat tinggi, Kecerdasannya mantap, sudah lulus dari Sarjana, kenapa tidak dikirim ke pondok untuk jadi calon MT?? Kenapa??


Padahal, waktu belajar untuk menjadi MT itu tidaklah lama. Hanya sebentar. Apalagi bagi anak2 yg memang SDM-nya memadai, insya @ tidak sampai 2 tahun saja.


Ah sudahlah... saya tidak akan memperpanjang catatan ini lagi meskipun masih banyak yg ingin saya sampaikan. Terakhir saya hanya berharap kepada teman-teman, yang sudah lulus sekolah, lulus kuliah dengan baik supaya menanamkan niat tuk turut andil dalam perjuangan QHJ dengan wujud memberangkatkan dirinya ke pondok.


Marilah sisihkan waktu 1-2 tahun untuk menjadi santri pondok & mari sama2 kita tingkatkan kualitas MT-MT dalam JM yang mana hasilnya tidak lain tidak bukan adalah untuk kita bersama & untuk anak cucu kita ila yaumil qiyamah.


Klo bukan kita, lalu siapa lagi???  Ingatlah Nabi pernah bersabda "Rusaknya umatku ada di tangan pemuda/i yang bodoh (dalam hal ilmu agama)" :'(

Dan... "Alloh benci terhadap orang yang pintar masalah dunia, tapi bodoh masalah akhirot"

Kapal dan Nakhodanya...

Dibangunnya sebuah kapal dengan model dan tata ruang di didalamnya sedemkian rupa indahnya dan lengkap tentu memerlukan dana dan pegorbanan yang cukup besar,mengeyampingkan  segala bahan yg tidak berkualitas, agar kapal terbangun kokoh,kuat, dan lengkap, yang bertujuan untuk memuaskan pelanggannya. Tentunya nakhoda yg dipilih harus melalui sel...eksi yg ketat seperti keahlian,pedidikan (minimal MPB III),pengalaman menjadi syarat utama. Nakhoda adalah seorang pemimpin yg sdh terlatih dan pengalaman dalam membawa sebuah kapal. Dalam Kapal yg Megah .kokoh  dan indah tentu ada nakhoda ,crew , barang dan penumpang. semuanya memiliki tujuan yang sama (satu tujuan), oleh karenanya si nakhoda harus memiliki dasar / pegangan yg kuat seperti navigator/gps agar tidak menyimpang dari arah tujuan yg sudah ditentukan. Sementara para penumpang dengan bebas tapi terbatas (hanya dalam kapal) keluar dari kapal berhadapan dengan laut terbentang luas dengan ombak,gemuurh,dan ikan paus yg siap memangsanya. Dengan dilema kehidupan di dalam kapal dan penumpangnya yg berbeda berkarakter,suku,bangsa,agama,ras bercampur baur melakukan aktivitasnya masing2  sambil menunggu tibanya kapal di tempat tujuan. Peraturan2 kenyamanan dan keselamatan yg dibuat telah di umumkan kepada penumpang. Karena kodrat sifat manusia berbeda2, ada yg tdk sabar ,mungkin jenuh akhirya ia coba menyebur ke laut, ada yang minum keras hingga mabuk, ada yg maksiat, ada alim selalu ibadah dan doa, ada menjerumuskan temannya sehingga celaka, ada yg belajar ,ada yg berdiam diri kecuali ingin berhajat, dan lain-lain kegiatan. Sementara di luar kapal sedang ada ombak yg begitu besar , gelap mencekam,halilintar yg bersautan, dan ikan buas siap memangsa umpannya. Akhir kata penumpang yg selamat sampai tujuan adalah penumpang yg sabar dan mengindahkan peraturan di kapal. Itulah gambarannya kehidupan di dunia ini harus berpegang teguh kepada Al-Quran Dan Al-Hadist untuk mencapai kehidupan bahagia dunia dan Akhirat.  Jadilah orang yg cerdas ,sabar,bijak, sesuai tuntunan-Nya.

Rasa Perasaan

Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya rasa ketersinggungan diri. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain.

Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari keter...singgungan adalah habisnya waktu kita menjadi buah roh.

Efek yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah kemarahan. Jika kita marah, kata-kata jadi tidak terkendali, stress meningkat, dan lainnya. Karena itu, kegigihan kita untuk tidak tersinggung menjadi suatu keharusan.

Apa yang menyebabkan orang tersinggung? Ketersinggungan seseorang timbul karena menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, baik, tampan, dan merasa sukses.

Setiap kali kita menilai diri lebih dari kenyataan bila ada yang menilai kita kurang sedikit saja akan langsung tersinggung. Peluang tersinggung akan terbuka jika kita salah dalam menilai diri sendiri. Karena itu, ada sesuatu yang harus kita perbaiki, yaitu proporsional menilai diri.

Teknik pertama agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai lebih kepada diri kita. Misalnya, jangan banyak mengingat-ingat bahwa saya telah berjasa, saya seorang guru, saya seorang pemimpin, saya ini orang yang sudah berbuat. Semakin banyak kita mengaku-ngaku tentang diri kita, akan membuat kita makin tersinggung.

Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan

Pertama, belajar melupakan.

Jika kita seorang sarjana maka lupakanlah kesarjanaan kita. Jika kita seorang direktur lupakanlah jabatan itu. Jika kita pemuka agama lupakan kepemukaagamaan kita. Jika kita seorang pimpinan lupakanlah hal itu, dan seterusnya. Anggap semuanya ini berkat dari Allah agar kita tidak tamak terhadap penghargaan. Kita harus melatih diri untuk merasa sekadar hamba Allah yang tidak memiliki apa-apa kecuali berkat ilmu yang dipercikkan oleh Allah sedikit. Kita lebih banyak tidak tahu. Kita tidak mempunyai harta sedikit pun kecuali sepercik titipan berkat dari Allah. Kita tidak mempunyai jabatan ataupun kedudukan sedikit pun kecuali sepercik yang Allah telah berikan dan dipertanggung jawabkan. Dengan sikap seperti ini hidup kita akan lebih ringan. Semakin kita ingin dihargai, dipuji, dan dihormati, akan kian sering kita sakit hati.

Kedua, kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang kepada kita akan bermanfaat jika kita dapat menyikapinya dengan tepat.

Kita tidak akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita, jika bisa menyikapinya dengan tepat. Kita akan merugi apabila salah menyikapi kejadian dan sebenarnya kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai dengan keinginan kita. Yang bisa kita lakukan adalah memaksa diri sendiri menyikapi orang lain dengan sikap terbaik kita. Apa pun perkataan orang lain kepada kita, tentu itu terjadi dengan izin Allah. Anggap saja ini episode atau ujian yang harus kita alami untuk menguji keimanan kita.

Ketiga, kita harus berempati.

Yaitu, mulai melihat sesuatu tidak dari sisi kita. Perhatikan kisah seseorang yang tengah menuntun gajah dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang Gajah tersebut.

Yang di depan berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia didorong dan dilempar dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang perjalanan, orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah.!

Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah tersinggung cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan diri.

Keempat, jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ladang peningkatan kwalitas diri dan kesempatan untuk mempraktekkan buah-buah roh Yaitu, dengan memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan...semoga bermanfaat artikel ini..

Keuntungan Menetapi Jama'ah

A. Dijamin Surga
Keuntungan yang paling utama dari menetapi jamaah adalah jaminan surge yang telah diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :

Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah atas 73, yang 72 ke Neraka dan yang satu ke Surga yaitu yang berjamaah. HR Abu Dawud : 3981 (Syaikh Al-Albani : Hadits ...Hasan)

Dalam riwayat At-Tirmidzi Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa yang satu adalah yang menetapi agama sebagaimana yang dijalankan oleh Rasulullah dan para sahabat

Dan agama ini (Islam) akan berpecah belah atas 73 agama semuanya ke Neraka kecuali hanya satu yang ke Surga, para sahabat bertanya siapakah yang satu itu wahai Rasulullah ?, beliau menjawab yaitu yang menetapi sebagaimana yang aku dan para sahabat menetapinya. HR At-Tirmidzi : 2565 (Abu Isa : Hadits gharib)

Keterangan; yang diamalkan oleh Rasulullah dan para sahabat dalam menetapi Islam adalah dengan berjamaah dimana para sahabat berbaiat dan menjadikan Nabi bukan hanya sebagai Rasul akan tetapi juga sebagai Imam.

B. Rahmat Menyertai Jama’ah
Diantara hujjah yang semakinj memperkuat akan wajibnya berjamaah adalah adanya dalil-dalil yang shahih tentang janji Surga bagi yang berjamaah dan ancaman adzab Neraka bagi yang tidak berjamaah

Dari An-Nu’man bin Basyir dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;…Dan jamaah itu (mendatangkan) rahmat sedangkan firqah itu (mendatangkan) adzab. HR Ahmad : 17721 (Syaikh Albani berkata; Hadits ini shahih : As-Silsilah As-Shahihah : 667)

Dalam hal ini seorang ulama yang bermanhaj salaf yaitu Syaikh Khafidz bin Muhammad Al-hakamihafidzahullah berkata; Paling besarnya dampak positif yang diturunkan dalam menetapi Jamaah adalah “rahmat Allah” yang selalu menyertai jamaah, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam : Al jama’atu rahmah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sosok pribadi yang telah dianugerahi sabda yang singkat tapi mengandung makna yang luas, telah ”menjadikan” jamaah sebagai sumber datangnya rahmat.

Hal ini semata-mata untuk menjelaskan betapa eratnya kebersamaan rahmat dengan jamaah,sesungguhnya rahmat senantiasa menyertai jamaah dalam setiap keadaan sehingga mengantarkan ke dalam surge yang nikmat

Dari Ibnu Umar dia berkata Umar berkhutbah di Al-Jabiah dia berkata;...Tetapilah oleh kalian berjamaah dan hindarilah berfirqah maka sesungguhnya setan bersama satu orang (yang menyendiri tidak berjamaah) dan dia menjauh dari dua orang (yang berjamaah) barangsiapa yang menghendaki tengah-tengahnya Surga maka hendaklah dia menetapi Jamaah, barangsiapa yang gembira karena kebaikan (yang dilakukannya)dan susah karena dosa (yang dilakukannya) maka itulah orang Iman (yang sesungguhnya).HR At-Tirmidzi : 2091 (Abu Isa berkata : Hadits ini Hasan shahih gharib)

C. Ikhtilaf Bisa Diselesaikan Dengan Adab Yang Mulia
Telah jelas dalil-dalil yang mewajibkan umat Islam membentuk jamaah, mempunyai imam yang dibaiat yang akan memimpin mereka menjalankan ibadah sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah di manapun mereka berkata sehingga diantara umat Islam akan dapat tercipta ukhuwah Islamiyah yang kongkrit, berlandaskan firman Allah dalam surah An-Nisa’ : 59

D. Keadaan Seberat Apapun Didalam Jamaah Masih Lebih Baik Daripada Didalam Firqah
Sudah menjadi janji Allah dan Rasul bahwa rahmat menyertai jamaah, berikut ini. Memang tidak dipungkiri bahwa masih dijumpai adanya perkara-perkara yang masih perlu diperbaiki di dalam jamaah seperti; imam yang adil / sewenang-wenangan, yang merasa berat di dalam menetapinya, akan tetapi keadaan seberat apapun di dalam jamaah itu masih lebih baik daripada di dalam firqah, karena di dalam jamaah tetap ada harapan rahmat dan Surga dari Allah, perhatikan nasihat dari sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud r.a

Dari Abdillah Dia berkata : Wahai manusia tetapilah oleh kalian taat dan jamaah karena sesungguhnya keduanya adalah taliNya Allah yang Allah telah perintahkan (agar berpegang teguh), dan sesungguhnya apa-apa yang kalian benci di dalam jamaah dan taat itu lebih baik daripada apa-apa yang kalian sukai di dalam firqah. Tafsir At-Tabhari : 5988

Penasaran

Setiap menjelang tahun baru, ketika dinasehatkan agar daerah2 mengadakan “kegiatan2 yg positif di malam tahun baru” khususnya untuk generus / muda-mudi, saya selalu mendapat pertanyaan yang sama; mengapa kita harus mengadakan acara di malam tahun baru, apakah ini tidak sama dengan amalannya o...rang2 ahli kitab ? bahkan ada yang pertanyaannya “to the point” mengapa "pusat" mengidup2kan bid’ah di malam tahun baru ?

Dalam artikel ini saya ingin sedikit share pandangan tentang kegiatan “kegiatan yg positif di malam tahun baru” dalam prepektif QH.
Merayakan tahun baru adalah sesuatu yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah s.a.w akan tetapi bukan berarti itu sesuatu yang bid’ah, sebelum kita “menghukumi” sesuatu itu bid’ah, maka seharusnya kita jelas / faham dahulu apa itu definisi bid‘ah (bahasa Arab: بدعة) menurut arti "lughat" adalah;"Ma uhditsa bighairi mitsalin sabiq"; Sesuatu yang dilakukan dengan tanpa ada contoh. (kamus al-Munjid) sedangkan menurut "istilah"; Berarti sebuah perbuatan yang berkaitan dengan ibadah yang tidak pernah diperintahkan maupun dicontohkan oleh Nabi Muhammad s.a.w tetapi banyak dilakukan oleh masyarakat sekarang ini.

Ta’rif (definisi) bid’ah menurut para Ulama’;
- Imam as-Syathibi : Bid'ah dalam agama adalah; satu jalan dalam agama yang diciptakan menyamai syariat yang diniatkan dengan menempuhnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah.
- Ibnu Rajab : Bid’ah adalah mengada-adakan suatu perkara yang tidak ada asalnya dalam syari’at. Jika perkara-perkara baru tersebut bukan pada syariat maka bukanlah bid’ah, walaupun bisa dikatakan bid’ah secara bahasa.
Dan masih banyak Ulama’ ahlis Sunnah yang membuat ta’rif bid’ah diantaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang pada intinya sama dengan dua ta’rif bid’ah di atas.
Kesimpulan : Bahwa bid’ah adalah mengadakan suatu perkara yang baru dalam agama, adapun mengadakan suatu perkara yang tidak diniatkan untuk agama tetapi semata diniatkan untuk terealisasinya kemaslahatan manusia yang bersifat duniawi tidak bisa dinamakan bid’ah.

Dari definisi bid’ah di atas maka jelaslah bahwa ijtihad “pusat” tentang kegiatan pengajian atau aktifitas yang lainnya dengan tujuan agar generus / muda-mudi tidak terpengaruh pada kegiatan umumnya orang luar yang mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada kemaksiatan, sama sekali tidak bisa dikategorikan bid’ah, hal ini diperkuat dengan fakta2, bahwa:
1. Ijtihad “acara” di malam tahun baru, bukanlah acara yang semata2 diadakan untuk “pesta” merayakan tahun baru itu, malah menjadi acara yang bertujuan memberi “kesibukan” kepada muda-mudi sehingga tdk keluar bersama teman2nya yg blm mengaji (yg tentunya akan mempengaruhi / mengajak merayakan pesta menyambut tahun baru)
2. Ijtihad tsb juga bukan berupa pengajian yang semata-mata diadakan khusus untuk menyambut tahun baru, sebagaimana “bid’ah” yang dilakukan oleh umumnya umat Islam ketika menyambut tahun baru Hijrah dengan mengadakan acara bacaan doa awal tahun dan akhir tahun secara berjamaah di Masjid-masjid.

Sebenarnya sehubungan dengan “tahun baru” mempunyai tiga option;
1. Pertama; Melarang dengan “keras” perayaan tahun baru, dengan pendekatan “taat surga, tidak taat neraka” dan tidak disertai memberi solusi mengadakan acara yang membuat mereka tidak merasakan “kekosongan waktu”, yang ada “pokoknya” haram mengadakan perayaan tahun baru, pendekatan seperti ini jelas tdk sesuai dg sabda Nabi; Yassiru wala tu’assiru, wa bassyiru wala tunaffiru; mudahkanlah jangan persulit, dan gembirakanlah jangan persukar. HR. al-Bukhari. Selain itu pendekatan seperti ini dalam pelaksanaannya tidak efektif, karena akan membuat rukyah (dlm hal ini muda-mudi) merasa berat untuk mentaatinya, bahkan berpeluang menjadi peraturan yang sia-sia (dibuat tapi kemungkinan besar akan banyak yang melanggarnya).
2. Kedua; Membiarkan saja (mboh ora weruh / masa bodoh) jamaah mau ngapain saja itu urusan masing2 (kata Maia; emangnya gue pikirin…..) pokoknya gue sudah nasehat; jangan merayakan “tahun Baru” kalau masih “degil / melanggar” itu urusan masing2 (kata Gus Dur; gitu aja kok repot !), ini juga suatu kesalahan yang akan menjadi “ganjalan” bagi seorang imam di hadapan Allah kelak, sebab sebagai orang yang mengemban amanah dia telah "ghas" (masa bodoh), berdasarkan sabda Nabi s.a.w; Tiada seorang imam yang tidak meliputi rukyahnya dengan nasehat dan ijtihad melainkan dia tidak akan masuk surga bersama mereka (rukyah, maksudnya; rukyah masuk surga imam masuk neraka). HR. Abu Dawud
3. Ketiga; Ini adalah option yang paling aman baik untuk Imam maupun untuk rukyah, dan option inilah yg dipilih yaitu diadakan “kegiatan positif” yang membuat rukyah sibuk sehingga tidak mencari2 kesibukan di luar yang akhirnya membuat mereka larut dengan amalan jahiliyah (merayakan acara tahun baru dg pesta sebagaimana yang umumnya orang2 barat) option ini boleh dikatakan option yang terbaik dari semua option2 yang jelek, namun sebagaimana yg kita maklum bahwa menjadi kewajiban “ulil amri” untuk senantiasa berijtihad yang terbaik bagi rukyahnya termasuk membendung mereka dari kemaksiatan, di kalangan ulama’ Ushulin (ahli dalam Ilmu Ushul Fiqh) dikenal dengan adanya kaedah; mashalih al-mursalah atau ihtihsan yang maksudnya ialah; Mengusahakan kemaslahatan untuk menjaga kepentingan umat dan syari’at dengan mencegah serta menolak segala sesuatu yang mendatangkan kerusakan dan kemudharatan terhadap umat. (al-Khawarizmi).

Dan sebagai “mujtahid” setelah berijtihad kalau ternyata ijtihadnya benar akan mendapat dua pahala tapi kalau ijtihadnya salah juga tetap mendapat satu pahala, mudah2an Allah paring manfaat dan barokah.

Bangun malam

Sungguh elok, mendapati diri dalam hidayah Allah dan hidup bergelimang rempah kesyukuran. Tak ada lagi yang perlu diragukan, kecuali hanya kebodohan diri dan kedholiman. Innahuu kaana dholuuman jahuulan – (QS al-Ahzaab: 72). Kadang sifat bodoh mengalir begitu saja tanpa terasa. Kadang kedholiman – aniaya diri - terjadi tanpa disengaja. Tahu – t...ahu sudah jauh dari arus kebenaran. Dan ketika sadar, mau balik, memekik dengan mengepalkan tangan sambil berteriak; Apa salah saya? Memang begitulah kehidupan bergeming, sehingga tercipta kata pepatah: gajah di pelupuk mata tak tampak, tapi kuman di seberang lautan tampak. Ketika kepergok dan diingatkan tidak terima, malah balik menghardik, alih - alih membela diri. Padahal dalam hati kecilnya mengakui bahwa dirinya  memang berbuat kesalahan. Sayang, keberanian mengakui kesalahan itu terlampau kecil untuk tampak di mata anak adam. Namun dalam scenario kehidupan yang sejati, yang sebenarnya, yang seharusnya, penekun kehidupan ini harus tunduk dan patuh dengan patron dan hukumNya, bagaimana pun riuh - rendahnya kehidupan ini berjalan. Orang pantas berbuat salah, malah kadang ditandai dengan pelanggaran. Orang juga pantas menerima perlakuan yang baik ketika sedang berbuat salah, sehingga bisa kembali ke jalan yang benar dengan padang. Tak jarang orang ramai – ramai menghujat, lupa ada hak diperlakukan baik buatnya. Pun orang berbuat kebaikan, walau kecil sekali bobotnya, seberat dzarroh, Allah pun mengajarkan untuk mengapresiasinya. Tapi banyak mata anak manusia ini tertutup, karena tak bisa melihatnya.

Begitu juga dalam ceruk pasar saling menasehati. Lebih banyak mata memandang siapa yang menyampaikan, sehingga lupa dengan petuah lihatlah apa yang disampaikan. Undhur maa qiila walaa tandhur man qoola. Banyak orang yang menelanjangi orang lain, sebelum menelanjangi diri sendiri. Hanya untuk sebuah kepuasan; Emang dia sudah melaksanakan? Enteng sekali menunjuk hidung orang lain dengan satu jari, lupa bahwa 3 jari yang lain mengarah kepada dirinya sendiri. Seharusnya, ketika menerima kalimat hikmah, jadikanlah itu sebagai jamu - obat untuk mengobati luka hati ini. Jika orang itu sehat, maka akan semakin kuat - afiat, berseri lagi makmur. Jika sakit, maka akan menjadikannya sembuh total. Tanpa lagi melihat siapa pemberi atau perantaranya. Karena kesembuhan dan kesehatan itu akan lebih berarti ketimbang dokternya itu sendiri. Dengan kesehatan dan kesembuhan orang bisa beraktifitas lebih dan lebih, melakukan apa saja bisa yang baik maupun buruk. Oleh karena itu, dalam tulisan ini kami sungguh – sungguh berpesan jadikanlah ini sebagai semangat pembangun. Jangan pernah menoleh lagi ke belakang dengan mencari sisi hitam, tetapi tataplah ke depan dengan penuh semangat kebersamaan, fastabiqul khoirot untuk meraih keberkahan dan kemuliaan di dunia dan akhirat, seiring kalamNya – walaa tahinuu walaa tahzanuu wa antum a’launa inkuntum mu’miniin – (QS Ali Imron:139).  Dengannya kita benar – benar ingin memperoleh kemuliaan yang sempurna. Cukup bagi pemberi nasehat ayat - kaburo maqtan ‘indallaahi antaquuluu ma laa taf’aluun – (QS as-Shof:2) Mari, kuatkan niat, satukan tujuan, rapikan barisan, melangkah ke depan, menuju kebaikan dengan semangat kebersamaan meraih kesempurnaan: Bangun Malam. Semoga berhasil kini dan nanti. Pasti.

Untuk memulainya, saya mencoba menyampaikan riwayat hadits dari salah satu Imamul hadits – yaitu Sunan Abi Dawud, dari banyak riwayat lain bab qiyamul lail ini. Saya memilihnya, saya memuatnya, dengan maksud memberikan sentuhan yang mengesankan, nandes, dibanding riwayat lain yang mungkin sudah sering kita dengar. Bunyi redaksi hadits itu adalah sebagai berikut.  Dari Abdullah bin Abi Qois, dia berkata, Aisyah berkata; “Jangan tinggalkan qiyamul lail, karena sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya, ketika beliau sakit atau jenuh beliau sholat dengan duduk”.

Untuk memperkuatnya, saya ingin menambahkan hadits dari Imam at-Tirmidzi yang sering dimuat berulang – ulang di berbagai kesempatan. Bunyi hadits itu adalah sebagai berikut. Dari Abu Umamah al-Bahili ra. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Tetapilah atas kalian qiyamul lail, sesungguhnya itu adalah kebiasaan orang – orang sholih sebelum kalian, dan merupakan pendekatan diri kepada Tuhan kalian, pelebur kesalahan – kesalahan dan pencegah dari dosa.”

Berpegang pada dua hadits ini, mari kita cermati bersama bahwa qiyamul lail – bangun malam - adalah uswah dari Rasulullah SAW. Contoh nyata sebuah ketetapan. Qiyamul lail adalah kebiasaan orang – orang sholih sebelum kita. Secara kita mengaku sebagai ahli sunnah, secara kita mengaku Rasulullah adalah teladan terbaik, quran – hadits sebagai jalan hidup, maka tidak sempurna jika kehidupan kita tidak diisi dan berisi dengan kegiatan sholat malam ini. Malu rasanya, mengaku penegak sunnah, ahli sunnah waljamaah, tetapi tidak bisa menegakkan rutin sholat malam. Kurang sempurna rasanya, jika pemegang sunnah terlalaikan darinya. Apapun kondisi kita sekarang, mari cari celah dan setitik harapan untuk menghidupkan kembali sunnah ini. Gali dan gali lagi, sampai ketemu jalan keberhasilannya.

Kenapa Rasulullah SAW, para sahabat, tabiin dan orang – orang sholih jaman dahulu getol melaksanakan dan melanggengkan qiyamul lail? Sebab dengannya banyak sekali manfaat yang diperoleh. Bukan hanya dunia saja, tentunya masalah keimanan juga. Sebab dengannya beroleh kebahagiaan dunia - akhirat. Sebab dengannya menelisirkan, memuluskan, memudahkan jalan ke surga. Sebab dengannya menunjukkan kesungguhan dan kesyukuran yang pol dalam hal ibadah terhadap Sang Pencipta, sebagaimana Sabda Nabi SAW: afalaa akuunu abdan syakuuron. Jika memandang Rasulullah SAW, para sahabat dan salafush sholih terlalu jauh, terlalu berat untuk ditiru, anyang – anyangen, tengoklah yang dekat – dekat saja, yaitu warisan Almarhum Abah Al-Ubaidah. Semua saksi hidup berujar, bahwa beliau tidak pernah sekalipun meninggalkan sholat malam. Ora tau kendat [1]. Bukan hanya dirinya, ajakannya terhadap awwalul mukminin untuk bangun malam juga begitu melegenda dan berhasil dengan paripurna.  Semua itu dilakukan karena mengetahui dan faham benar akan pentingnya kegiatan ibadah yang bernama bangun malam ini, hingga mampu mengalahkan hambatan dan kendala yang ada dan bisa langgeng mengerjakannya.

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa - apa rezki yang Kami berikan. (QS As-Sajdah: 15 -16)

Allah berfirman : “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Muzammil:20)
Dari Sahal bin Sa’ad ra., dia berkata, “Jibril datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Ya Muhammad, hiduplah sesukamu karena kamu pasti mati, beramallah sesukamu karena kamu pasti dibalas karenanya, cintailah siapa yang kamu sukai karena kamu akan meninggalkannya. Ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mu’min adalah qiyamul lail dan kehormatannya adalah merasa kaya/cukup dari manusia (gak minta – minta).” (Rowahu Thabrani fi Mu’jam al-Ausath).


Mudah – mudahan sedikit perkeling ini, sebagai pembukaan, bisa membangkitkan kembali semangat dan usaha kita untuk bangun malam. Ayo, ayo, ayo..! Walhasil kita bisa menyempurnakan dan mengumpulkan butir – butir keimanan yang sedikit tercecer di belakang

BERDEBAT DAN BERDISKUSI

Salah satu kebiasaan tercela dari berdebat adalah menyela pembicaraan
ketika lawan bicara sedang mengemukakan pendapatnya. Dalam
realita, keinginan untuk memenangkan perdebatan, bagaimanapun caranya,
sering mengenyampingkan pemikiran yang sehat. Hasil perdebatan, ya...ng
bisa diprediksi sebelumnya, adalah perselisihan. Tidak ada satu pun faedah
yang bisa ditarik pelajaran dari sebuah perdebatan, kecuali jangan berdebat.
Lain halnya dengan berdiskusi, ia merupakan sarana untuk mendapatkan
kebenaran ilmiah dengan cara yang luwes dan santun. Yang
melahirkan sikap toleran dan saling menghormati pendapat yang berlainan.
Dalam berdiskusi, tanpa memotong pembicaraan, masing-masing
bergantian menyimak yang diucapkan kawan bicara kita. Walau memang,
dalam prakteknya, keinginan menyela pembicaraan itu selalu ada --karena
sulit dihindarkan-- namun tidak sesering dalam berdebat.
Ketika mengakhiri diskusi masalah agama, kita tidak perlu memutuskan
hasilnya saat itu juga. Yang penting kita mengingat semua yang
telah diperbincangkan; dan membawanya pulang ke rumah.
Menjelang tidur, dengan hati yang tenang dan jauh dari prasangka
buruk, kita renungkan kembali semua yang telah diungkap. Jika di sana
kita menemukan kebenaran, walau berasal dari pihak lawan bicara, kita tak
perlu malu untuk memungutnya. Sebab, ibarat cahaya bulan yang sebetulnya
merupakan pantulan sinar matahari, kebenaran itu sesungguhnya
datang dari Tuhan; lawan bicara kita itu hanya sekadar perantara.
Catatan:
Kita cenderung pada dua kebiasaan: Pertama, memperbincangkan
sesuatu yang tidak perlu diperbincangkan. Kedua, tidak memperbincangkan
sesuatu yang seharusnya diperbincangkan.
Berdebat melahirkan perselisihan; berdiskusi menciptakan sikap saling
menghormati. Jadikanlah rasa hormat untuk menghapus perbedaan,
bukan perbedaan yang menghilangkan rasa hormat.
Menghormati orang yang menghormati kita adalah sikap yang seharusnya.
Tidak menghormati orang yang tidak menghormati kita adalah
sikap yang wajar. Menghormati orang yang tidak menghormati kita adalah
sikap orang yang ikhlas.
Ada peribahasa klise yang sering dikedepankan: “Tiada gading yang
tak retak; tidak ada orang yang sempurna yang luput dari kekurangan dan
kesalahan”. Sayangnya, peribahasa ini hanya diucapkan bila kita membela
diri atas kesalahan kita. Jarang, atau tidak pernah, kita kemukakan katakata
mutiara itu untuk memaklumi dan memaafkan kesalahan orang lain.


NASIHAT

Di samping memberi maaf, rasanya tidak ada perbuatan baik --yang
tidak memerlukan biaya-- yang lebih mudah dikerjakan selain dari memberi
nasihat. Memberi saran adalah amalan yang bisa dilakukan siapa saja,
dan dalam situasi serta kondisi apa saja. Baik oleh orang yang dipandang
memiliki kelebihan maupun oleh orang yang sebenarnya mempunyai
banyak kekurangan, baik di kala susah ataupun di saat senang. Namanya
juga nasihat, mestilah ia bermanfaat; bukanlah nasihat jika ia tidak memiliki
faedah bagi pendengarnya.
Hanya saja, dalam realitanya, setiap orang mesti memaklumi bahwa
menerima saran tidaklah semudah memberi nasihat. Hal ini bisa terjadi,
bukan saja karena yang diberi nasihat adalah orang yang tinggi hati atau
bebal --seperti dalam beberapa kasus, nasihat dianggap kritik dan disalahtafsirkan
sebagai usaha mencampuri urusan orang lain-- tapi dimungkinkan
juga oleh situasi atau kondisi yang tidak mendukungnya.
Contohnya, ketika seseorang ditinggal wafat orang yang dicintainya,
begitu mudah kita menasihatinya untuk sabar dan tawakal (dan ini bukan
saja tak salah, malah dianjurkan). Namun, begitu kita mengalami peristiwa
serupa, nasihat tersebut dinilai tidak lebih sekadar angin lewat. Dalam
prakteknya, jarang --atau mungkin tidak pernah-- kita sabar dan tawakal
manakala menghadapi masalah semacam itu. Dan ini wajar saja; sebab, seperti
sudah diutarakan, menerima saran tidaklah semudah memberi nasihat.
Hal di atas patut jadi perhatian, baik bagi yang menerima ataupun
terlebih bagi yang memberi nasihat. Sebab makna tujuan sebenarnya dari
suatu nasihat adalah kebaikan dan kemanfaatan untuk semua pihak. Jangan
sampai niat baik penyampaian suatu nasihat malah melahirkan perselisihan.
Karenanya, penyampaian suatu nasihat hendaknya senantiasa disertai
dengan kearifan. Senantiasa didasarkan kepada mengharap keridhaan Nya
semata-mata. Walau, dalam banyak kenyataannya, tak sedikit nasihat kita
yang hanya sekadar ucapan di lidah; dan bukan keluar dari hati kita yang
bersih dan ikhlas.
Buat yang menerima nasihat
¨ Biasakan memotivasi diri untuk bisa berobah. Seribu nasihat --dari
seribu ulama, seribu buku, seribu seminar-- tak ada artinya jika kita sendiri
tidak mau berobah. Jadi, kunci utama perobahan nasib kita adalah merobah
sikap dan perilaku kita itu sendiri; bukan sekadar karena nasihat.
¨ Biasakan memotivasi diri untuk mau mendengar nasihat orang lain.
Barangkali, dengan melaksanakan saran seseorang, kita bisa berobah; bisa
lebih baik dari orang yang menasihati kita. Tidaklah semata-mata ia memberi
nasihat jika bukan karena ingin melihat kebaikan pada diri kita.
¨ Selain kekurangan, setiap orang pasti memiliki kelebihan dalam satu
hal. Dari hal kelebihannya itu kita dapat menarik pelajaran.

¨ Usahakan untuk senantiasa berpikir positip; untuk tak selalu berburuk
sangka. Pertimbangkanlah nasihat orang lain. Jika ada manfaat yang
memang pantas ditarik darinya, kita tidak usah malu menerimanya. Seandainya
sekarang kita tidak dapat melaksanakan nasihatnya pun, mungkin
suatu saat kita bisa mengambil manfaatnya.
¨ Setiap orang, termasuk kita, biasanya memiliki ego yang negatip;
memiliki prinsip tak mau disalahkan, dan lebih suka menyalahkan orang
lain. Karenanya, sebelum mendengar saran dari orang lain, seutamanya kita
lebih dulu memotivasi diri kita untuk menghilangkan sifat negatip tersebut;
memotivasi diri untuk tidak mudah tersinggung, untuk tidak cepat marah.
¨ Setiap orang, termasuk kita, pernah melakukan keburukan, pernah
berbuat kesalahan. Namun tetap terbelenggu dengan keburukan merupakan
kebodohan. Sebab keburukan kita akan membuat hidup kita suatu saat
menjadi lebih buruk. Karenanya --tak ada istilah terlambat-- sudah saatnya
kita merobah perilaku buruk tersebut dengan mau melaksanakan nasihat
orang lain.
Buat yang memberi nasihat
¨ Mesti diingat, hal yang paling mudah dilakukan adalah berbicara dan
membuat teori. Bukti dan praktek itu yang sering tidak pernah jadi kenyataan.
Cara yang mempermudah saja kadang tidak dikerjakan, apalagi
yang mempersulit. Karenanya, jangan sekali-kali mempersulit.
¨ Jangan sekali-kali memaksakan satu pemahaman, walau kita menganggapnya
sebagai sebuah nasihat. Kita memang punya hak untuk menyampaikan
sesuatu yang kita anggap baik, tapi orang lain pun punya hak
untuk menolak apa yang tidak berkenan dengannya.
¨ Suatu realita, tidak semua orang akan menerima nasihat sebagai suatu
kebaikan. Sifat dan karakter seseorang memungkinkan kesalahpahaman
dalam penyampaian dan penerimaan nasihat. Sementara kemampuan daya
nalar memungkinkan terjadinya kesalahan pemahaman.
¨ Carilah waktu yang tepat; sesuaikan dengan situasi dan kondisi
orang yang akan diberi saran. Waktu, situasi kondisi, dan cara yang tidak
tepat, bukan saja bisa membuat suatu nasihat tidak diterima, tapi tidak
mustahil malah memunculkan ketidaksukaan kepada kita. Alih-alih mau
berbuat baik, yang didapat malah permusuhan.
¨ Kita bukan makhluk yang suci. Adakalanya --karena terpaksa atau
tidak, hanya Allah yang tahu-- kita menceritakan keburukan seseorang.
Hanya saja ada yang maksudnya semata-mata memang untuk menjelekkan;
ada juga yang niatnya untuk dijadikan peringatan, agar kita dan orang lain
waspada terhadap perilaku buruk orang tersebut.
¨ Tidaklah salah menunjukkan arah jalan kepada orang lain, namun
janganlah mengada-ada dalam mencari-cari kesalahan orang lain. Pesan
Rasulullah Saw, “Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib
diri sendiri, dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain”.

Macam-macam sihir

Ada delapan, yaitu:
1. Sihir orang-orang Kildan dan Kisydan yang mereka adalah para penyembah tujuh bintang.
2. Sihir orang-orang yang suka berilusi dan mempunyai jiwa yang kuat.
3. Meminta bantuan kepada para jin yang bersemayam di bumi. Mereka ini terbagi menjadi dua bagian: jin mukmin dan jin kafir, yang tidak lain mereka (jin kafir tersebut) adalah setan.
4.... Ilusi, hipnotis, dan sulap.
5. Berbagai tindakan menakjubkan yang muncul dari hasil penyusunan alat-alat secara seimbang dan sesuai dengan ilmu rancang bangun, misalnya seorang (patung ) penunggang kuda yang memegang terompet, setiap berlalu satu jam, maka terompet itu akan berbunyi tanpa ada yang menyentuhnya.Sekarang ini, hal-hal tersebut sudah sangat biasa, apalagi setelah terjadi kemajuan ilmu pengetahuan yang menjadi sebab ditemukannya berbagai hal yang menakjubkan.
6. Memakai bantuan dengan obat-obatan khusus, yakni yang terdapat pada makanan dan minyak.
7. Ketergantungan hati.
8. Usaha melakukan pergunjingan dan pendekatan diri dengan cara terselubung dan nyaris tidak terlihat. Dan hal ini sudah tersebar luas di kalangan masyarakat. (Tafsir Ar-Razi [II/231])

Ibnu Katsir mengatakan, “Ar-Razi telah memasukkan berbagai hal yang telah disebutkan sebagai bagian dari sihir karena terlalu halus untuk dilihat oleh pandangan mata, sebab menurut bahasa Arab, sihir adalah berarti sesuatu yang halus dan sebabnya tersembunyi.” (Tafsir Ibnu Katsir [I/147])

Makin Banyak Wanita Inggris Menjadi Muslim

Lebih dari 100.000 wanita Inggris kulit putih yang berusia rata-rata 27 tahun memilih menjadi Muslim, angka tersebut dua kali lipat dalam 10 tahun dengan rata-rata usia 27 tahun karena mereka muak dengan konsumerisme dan imoralitas.
Koran terkemuka In...ggris Daily dalam laporannya minggu ini yang ditulis Jack Doyle menyebutkan terjadi gelombang pada wanita kulit putih muda mengadopsi agama Islam, tahun lalu tercatat sekitar 5.200 orang di Inggris memilih Islam diantaranya adik ipar mantan PM Inggris Tony Blair.
Tahun lalu Lauren Booth, saudara ipar mantan Perdana Menteri Tony Blair, menarik perhatian luas ketika ia mengumumkan bahwa ia telah masuk Islam.
Pengamat masalah Islam di Inggris, Hakimul Ikhwan, S.Sos., MA kepada koresponden Antara London, Senin menyebutkan fenomena bertambahnya jumlah Muslim di Inggris, terutama White British ke Islam tidak bisa dilepaskan dari tingginya intensitas dan masifnya publikasi mengenai Islam.
Menurut dosen di Universitas Gajah Mada yang sedang mengambil Phd di Essex University, mengatakan jumlah masyarakat Muslim sejak beberapa dekade terakhir dan semakin meningkat signifikan dalam satu dekade terakhir.
Hakimul Ikhwan mengatakan menarik untuk melihat alasan sebagian wanita yang convert adalah karena Islam "membebaskan" mereka dari konsumerisme dan immoralitas dengan penggunaan burqah, jilbab, kerudung dan busana muslimah sejenisnya.
Lagi-lagi berbasis spirit demokrasi dan individualitas, wanita berbusana muslimah banyak ditemui di berbagai kota di Inggris. Para immigran bisa dengan bebas berbusana muslimah.
Kondisi ini menyajikan "cermin" bagi wanita Inggris menjawab problem konsumerisme dan kebiasaan pesta di kalangan muda Inggris, ujar sarjana sosiologi UGM Yogjakarta.
Justru diminati
Hakimul mengungkapkan muncul pertanyaan, mengapa Islam yang cenderung tampil dengan wajah negatif (radikal destruktif) justru diminati atau menarik "White British untuk Convert ke Islam" Fenomena ini bisa disebabkan oleh beberapa hal.
Menurut Hakimul Ikhwan, yang sedang melakukan riset S3 nya Islamifikasi di Inggris dan Barat, pertama, prinsip-prinsip Barat yang menekankan pada kreativitas dan kebebasan berfikir individu memungkinkan individu-individu di Inggris untuk mempelajari (mengkaji) lebih dalam mengenai Islam.
Informasi yang sangat luas mengenai Islam bisa didapat melalui internet, ujar dosen sosialogi UGM, menambahkan selain itu, diskursus mengenai Islam dan masyarakat Muslim menjadi topik kajian dan penelitian yang semakin diminati di perguruan tinggi.
Ketika Islam dikaji oleh individu dalam kerangka akademik/ intelektual, maka sesuai dengan prinsip-prinsip keilmuan (scientific Barat) harus mengakses beragam sumber pemikiran (school of thoughts) dan mazhab yang beragam (pros and cons).
Hal ini memungkinkan tampilnya kekayaan tafsir, hikmah (wisdom), dan humanity dalam Islam. Islam yang nonradikal, damai (peaceful), moderat dan pluralis semakin menarik perhatian masyarakat Barat, ujar salah satu pendiri MASIKA ICMI Yogyakarta, dan ketua Indonesian Moslem Association in Nottinghamshire-Leicestershire, UK .
Kecenderungan ketertarikan terhadap Islam yang antikekerasan dan moderat bisa dilihat misalnya dalam wacana dialog multiagama (multi-faiths dialog) serta upaya untuk "mengarusutamakan" (mainstreaming) Islam yang non-Timur Tengah.
Dikatakannya dalam konteks inilah, Indonesia menjadi primadona.
"Wajah Islam Indonesia yang moderat, toleran dan sadar gender, misalnya menjadi "topik" utama yang diangkat oleh mantan PM Tony Blair dan Presiden AS Barrack Obama dalam kunjungan mereka ke Indonesia," ujar Hakimul Ikhwan, yang meraih Master di bidang Politics dan Social Policy di University of Nottingham, Inggeris.
Sebagai bagian dari masyarakat Muslim Indonesia, memiliki kesempatan besar yang luar biasa untuk menjadikan ekspresi Islam Indonesia sebagai "mainstream" atau alternatif dari ekspresi Islam Timur Tengah yaitu Islam adalah satu dalam kaitannya dengan Al-Qur`an, tetapi ekspresinya berbeda-beda di Timur Tengah, India Pakistan dan Indonesia.
Selain faktor publisitas dan discourse Islam yang menguat di tingkat global, faktor lain yang juga sangat menentukan meningkatnya conversion ke Islam di kalangan White British adalah meningkatnya jumlah para imigran Muslim di Inggris seperti dari Pakistan, Turki, Bangladesh, Timur Tengah, dan Asia seperti Indonesia dan Malaysia.
Banyaknya imigran muslim tersebut membuat simbol-simbol Islam tersebar luas dan dapat ditemui di berbagai penjuru kota. Misalnya, Butcher Halal atau halal meat, pizza halal, dan lain sebagainya seperti banyaknya wanita di jalan yang mengenakan jilbab.
Istilah "halal" telah menjadi "ikon" publisitas yang sangat efektif tentang Islam. Penjualan daging halal di supermarket seperti Tesco, Asda, dan Sainsburry, misalnya, membuat Menteri Pertanian Inggris harus menjelaskan kepada publik tentang pengertian daging halal atau halal meat.
Dalam perkembangannya, halal meat tidak semata soal Islam, tetapi juga soal makanan yang sehat Healthy meat/food, demikian Hakim.

Salam

ita seringkali menulis baik sms, e-mail maupun status/chating baik via YM atau FB dengan mengawali salamnya dengan singkatan. Singkatannya pun macam-macam. Ada yang singkat seperti "Asw" atau "Aslm". Ada yang sedikit lebih panjang seperti ; “Ass Wr Wb” atau “Aslmwrwb” dll.
Padahal seperti kita ketahui ucapan Assalamu'alaikum Warahmatullahi W...abarakatuh adalah sebuah ucapan salam sekaligus doa yang kita tujukan kepada orang lain. Ucapan salam dalam Islam sesungguhnya merupakan do’a seorang Muslim terhadap saudara Muslim yang lain.

Kita paham, mungkin banyak orang diantara kita cukup sibuk dan ingin cepat buru-buru menulis pesan. Barangkali, singkatan itu bisa mempercepat pekerjaan atau mengirit tulisan.

Ucapan salam adalah ucapan penghormatan dan doa. Apabila kita dihormati dengan suatu penghormatan maka seharusnya kita membalas dengan sebuah penghormatan pula yang lebih baik, atau minimal, balaslah dengan yang serupa.

Karena itu, kita saling mengingatkan supaya kita berhati-hati, mengganggati ucapan Assalamu’alaikum (Semoga sejahtera atasmu) dengan menyingkatnya yang gak jelas artinya.
» Hal 2

Singkatan ala Rasulullah
Meski nampak sederhana, ucapan salam sudah diatur oleh agama kita (Islam). Ucapan Assalamu alaikum السلام عليكم dalam Bahasa Arab, digunakan oleh kaum Muslim. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, intinya untuk merekatkan ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Mengucapkan salam, hukumnya adalah sunnah. Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya. Itulah agama kita.

Sebelum Islam datang, orang Arab terbiasa menggunakan ungkapan-ungkapan salam yang lain, seperti Hayakallah. Artinya semoga Allah menjagamu tetap hidup. Namun ketika Islam datang, ucapan itu diganti menjadi Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa.

Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)

Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (At Tabrani)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.” Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86. Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik.
Dalam kaidah singkat menyingkat pun sudah diatur oleh Allah dan diajarkan kepada Rasulullah. Dalam suatu pertemuan bersama Rasulullah SAW, seorang sahabat datang dan melewati beliau sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum”. Rasulullah SAW lalu bersabda, “Orang ini mendapat 10 pahala kebaikan,” ujar beliau.

Tak lama kemudian datang lagi sahabat lain. Ia pun mengucapkan, “Assalamu‘alaikum Warahmatullah.” Kata Rasulullah SAW, “Orang ini mendapat 20 pahala kebaikan.” Kemudian lewat lagi seorang sahabat lain sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullah wa baraokatuh.” Rasulullah pun bersabda, “Ia mendapat 30 pahala kebaikan.” [HR. Ibnu Hibban dari Abi Hurairah].

Satu hal lagi yang perlu diingat adalah ketika kita menuliskan kata Assalamu'alaikum, perlu diperhatikan agar jangan sampai huruf L nya tertinggal sehingga menjadi Assaamu'alaikum.

Karena apa ? Diriwayatkan bahwa dahulu ada seorang Yahudi yang memberi salam kepada Nabi dengan ucapan "Assaamu 'alaika ya Muhammad" (Semoga kematian dilimpahkan kepadamu).

Dan kata assaamu ini artinya kematian. Kata ini adalah plesetan dari "Assalaamu 'alaikum". Maka nabi berkata, "Kalau orang kafir mengatakan padamu assaamu 'alaikum, maka jawablah dengan wa 'alaikum (Dan semoga atas kalian pula)." [HR. Bukhari]

Tidak ada maksud untuk menyidir atau menyinggung siapa2, hanya sekedar saling mengingatkan sesama muslim.

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya..(QS. Al-Maidah/5:2)

Semoga Allah paring manfaat dan barokah

Nasihat Nabi kepada Putrinya...

Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah. Dan "perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai sholat lima waktu dan ketaatannya terhadap suami." (HR.Ibnu Hibban dari Abu Hurairah)

Ada 10 wasiat Rasulullah kepada putrinya Fathimah binti Rasulillah. Sepuluh wasiat yang beliau sa...mpaikan merupakan mutiara yang termahal nilainya bila kemudian dimiliki oleh setiap istri sholehah. Wasiat tsb adalah:

1. Ya Fathimah, kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum, melebur kejelekan, dan meningkatkan derajat wanita itu.

2. Ya Fathimah, kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah menjadikan dirinya dengan neraka tujuh tabir pemisah.

3. Ya Fathimah, tiadalah seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaiannya, melainkan Allah akan menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang *******.

4. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.

5. Ya Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhoaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridho kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemarahan suami
adalah kemurkaan Allah.

6. Ya Fathimah, apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikitpun. Didalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman sorga. Dan Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang serta ikhlas, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah.

8. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih.

9. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

10. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman arak yang dikemas indah kepadanya yang didatangkan dari sungai2 sorga. Allah mempermudah sakaratul-maut baginya, serta kuburnya menjadi bagian dari taman sorga. Dan Allah menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal-mustaqim dengan selamat.

Begitu indah menjadi wanita, dengan kelembutan dan kasihnya dapat merubah dunia.
Jadilah diri-dirimu menjadi wanita sholehah, agar negeri menjadi indah, karena dirimu adalah tiang negeri ini

Nasihat Lukman Alhakim pada anaknya..

satu-satunya manusia yang bukan nabi,bukan pula rosul,tapi kisah hidupnya diabadikan dalam alquran,kenapa tak lain karena hidupnya penuh hikmah. suatu hari ia menasehati anaknya tentang kehidupan.
"anakku sepanjang hidupku aku berpegang pada 8 wasiat para nabi,kalimat itu adalah:
1.jika kau beribadah kepada allah,jagalah pikiranmu baik-baik....
2.jika kau berada dirumah orang lain,maka jagalah pandanganmu.
3.jika kau berada ditengah majelis,jagalah lidahmu.
4.jika kau hadir pada jamuan makan ,jaga perangaimu.
5.ingatlah allah selalu.
6.ingatlah maut yang akan menjemputmu.
7.lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
8.lupakan kesalahan orang lain terhadapmu "

"anakku ikutlah engkau pada orang-orang yang sedang menggotong jenazah,jangan kau ikut orang-orang yang hendak kepesta pernikahan.karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang.sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu"

"anakku,jika makanan telah memenuhi perutmu,maka akan matilah pikiran dan kebijaksana'anmu.semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan ibadah dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati.padahal dengan hati yang bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir

MUFTI SALAFI: ORANG YANG TIDAK “B” ADALAH MATI JAHILIYYAH.

Singkat cerita, setibanya di masjid Islamic Center, kami langsung mendengarkan nasehat yang sudah dimulai dan diisi oleh salah satu mufti, beliau seorang doctor Study Islam. Beliau nasehat, dengan materi yang sangat inda,h tentang penyakitnya hati. Saya sangat terkesan dengan nasehat tersebut, karena mungkin perbendaharaan dalil-dalilnya s...angat lengkap, baik yang dari Qur’an maupun hadist.

Hingga setelah nasehat selesai, saya menemui beliau, saya perkenalkan diri saya, termasuk asal saya. Kemudian saya sampaikan niat saya untuk menanyakan sebuah hadist. Lalu beliau dengan sangat rendah hati, santun dan tawadzuk (maaf, saya sampai malu hati melihat ekspresi beliau yang terkesan sangat menghargai saya, jauh sekali dari kesan bahwa beliau adalah seorang mufti, hafidz dan menguasai hadist dengan sangat baik).

Dengan berdiri bertiga di halaman masjid , saya , Mufti dan teman Jama’ah (orang hitam USA). Kemudian saya membacakan hadist sebagai berikut :
قال : تلزم جماعة المسلمين وإمامهم قلت : فإن لم يكن لهم جماعة ولا إمام ؟ قال
فاعتزل تلك الفرق كلها ، ولو أن تعض بأصل شجرة حتى يدركك الموت وأنت على ذلك
“Rasulullah SAW bersabda : tetapilah Jama’ahnya orang-orang islam dan ke-imaman mereka. Dan kemudian aku, Khudaifah ibnul Yaman, bertanya: bagaimana apabila tidak ada imam dan tidak ada jama’ah?”. Kemudian rasululllah bersabda : pisahilah semua perpecahan tersebut, walaupun engkau harus menggigit akar pohon hingga angkau menemui ajalmu, dan engaku tetap atas perkara itu”.
“Apa yang dimaksud dengan jama’ah di dalam hadist ini ?. Tanya saya kepada sang Mufti.
“yang dimaksud dengan Jama’ah adalah semua orang Islam, semua orang Islam adalah Jama’ah”. Jawab sang Mufti
“Jazakallahukhorio”. Saya mensyukuri penjelasan sang Mufti.
“Kemudian yang kedua adalah imam, apa yang dimaksud dengan imam dalam hadist ini ?”. Tanya saya.
“Imam adalah khalifah, dan sekarang sudah tidak ada lagi, semenjak tahun 1924, umat islam sudah tidak lagi memiliki imam atau khalifah”. Jawab sang Mufti.
“Iya, semenjak runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani, dan merdekanya Arab Saudi”. Tambah saya.
“Anda benar”. Tegas sang Mufti.
“jadi sekarang umat Islam tidak memiliki imam ?, apakah salah apabila saya menyimpulkan demikian ?”. Tanya saya.
“ Iya, anda benar”. Jawab sang Mufti dengan nada berusaha tegas, namun agak gamang.
“Bagaimana kalau ada orang yang mengartikan bahwa imam adalah imam sholat atau pemimpin-pemimpin di organisasi Islam kita”. Tanya saya
“Itu bukan imam, itu pemimpin (leader), kalau imam adalah yang mengatur semua keperluan umat Islam, tetapi kita tidak mudah untuk mendapatkan seorang imam”. Jawab beliau.
“lalu bagaimana kalau kita mengartikan kepala Negara adalah imam ?. Tanya saya.
“Kepala Negara adalah raja “Mulku”, bisa saja dianggap begitu, tetapi itu bukan khalifah, atau imam yang dimaksud dalam hadist yang anda tanyakan”. Beliau menjelaskan.
“Jadi kesimpulannya bahwa umat islam saat ini tidak memiliki imam, banar … ya ?”. sekali lagi saya berusaha menegaskan
“ya, benar”. Beliau menegaskan dengan suara yang agak lebih mantap.
“kalau kita tidak berimam berarti kita tidak jama’ah ?. Tanya saya.
“ya”. Jawab beliau dengan tegas.
“kalau demikian kita hidup dalam firqah, apa boleh saya menyimpulkan demikian ?”. Tanya saya.
“benar”. Jawab beliau singkat namun dengan suara mantap.
“Na’uzubillah mindzalik”. Saya berbisik. Dan wajah beliau tampak sedih.
Sesaat kami diam sebentar, sang Mufti agak termenung.
“saya boleh mengajukan satu pertanyaan lagi ?. Tanya saya memecah keheningan ditengah udara yang sangat dingin.
“silahkan”. Sang Mufti mempersilahkan.
“bagaimana pendapat anda dengan hadist yang menerangkan bahwa barang siapa yang mati dan dia belum pernah “B” dengan seorang imam, maka matinya adalah dalam keadaan Jahiliyah ?”. Tanya saya.
“ya, orang yang mati belum pernah “B” dengan seorang imam, maka matinya adalah jahiliyyah, tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini ?”. jawab beliau dengan suara yang sangat tegas.
“apakah salah apabila saya menyimpulkan bahwa kita semua sekarang dalam keadaan Jahiliyyah, karena kita tidak pernah “B” dengan seorang imam ?”. Tanya saya ingin memastikan jawaban beliau.
“tidak, tidak salah terhadap kesimpulan tersebut”. Jawab beliau dengan bijak.
“Jazakallahukhoiro, atas waktu dan penjelasan anda”. Saya mensyukuri sang Mufti.

Kami segera berpisah, karena udara sangat dingin sekali, kalau tidak salah 23f.
Alhamdulillah, teman saya tampak memahami sekali percakapan tersebut, dan sekarang dia telah melihat dan mendengar sendiri tentang Jama’ah dari lisannya seorang Mufti. Sekarang dia telah benar-benar tahu bahwa Mufti bukan tidak tahu tentang jama’ah, tetapi tidak berani bicara tentang Jama’ah.

Alkhamdulillah, sepanjang perjalanan pulang, dia tampak senyum bahagia dan merasa beruntung bahwa dia telah “B”, dia bukan orang Jahiliyyah.
Ini adalah moment yang telah kami tunggu-tunggu selama hampir empat tahun, karena selama ini teman saya tersebut, walaupun dia Judah “B” enam tahun yang lalu.

Dia selalu merasa curiga bahwa Jama’ah kita adalah merupakan sebuah group islam yang “nyleneh”. Sebab imamnya bukan orang Arab, juga mubaligh-mulighnya tidak ada yang lulusan Arab. Berbeda dengan kelompok-kelompok islam pada umumnya, yang setidak-tidaknya ada orang Arab atau Pakistan yang menjadi tokoh.
Maka selama ini, setiap kami ngaji, dia selalu meminta saya agar bisa membuktikan dengan Sekh atau Mufti yang datang dari Arab Saudi tentang keotentikan Jama’ah. Setiap saya tunjukkan dalil-dalil bab imaroh, dia mengatakan “saya tahu dalil-dalil itu ada, tapi saya ingin tahu penadapat dari sekh atau mufti.

Hingga kami pernah merancang sebuah rencana yaitu mendatangi salah seorang Sehk yang membuka pondok di Buffalo, NY. Dan setelah kami diskusikan, acara tersebut akan memakan waktu kurang lebih lima hari, dua hari untuk perjalan (pergi-pulang), dan tiga hari menginap di pondok, karena khawatir apabila sang Sekh sibuk.

Sebenarnya, secara berkala, setiap tahun Islamic Center selalu mendatangkan Sekh atau Mufti dari Makkah atau Madinah. Namun biasanya beliau-beliau mengisi dari hari Jum’at hingga Minggu. Sedangkan pada hari-hari tersebut saya kerja. Karena libur saya adalah hari Selasa.

Tapi, Alkhamdulillah, atas izin Allah, pada hari itu, tanggal 4 Januari lalu, pas tinggal satu bulan lagi saya akan meninggalkan USA, Allah memberikan kesempatan ini, yaitu kedatangan Mufti yang ngajarnya dimulai pada hari Selasa. Sehingga moment of the truth bisa terwujud, atas izin Allah.{fz}

Tingkatan Penyesatan Oleh Iblis dan Setan

Iblis/syetan selalu pengikuti jejak manusia dan dia tidak merasa puas kecuali klau telah berhasil menyesatkan, merusak dan mengumpulknnya dalam golongannya, sehingga sama menjadi mahluk yang merugi.

Tingkat pertama (1).
Pertama kali yang dikehendaki Iblis dari hamba Allah adalah bagaimana seorang itu kafir, musyrik ...dan memusuhi Allah dan Rosulnya. Jika iblis berhasil maka seseorang tersebut dijadikan, lascarnya dan pembantunya dalam menyesatkan manusia.

Tingkat kedua (2).
Usaha iblis yg kedua adalah bagaiman seseorang itu melakukan bid’ah, bid’ah itu lbh disenangi oleh iblis daripada perbuatan fasiq dan maksiat karena bahayanya langsung pada agama, ibadah, karena tidak ada tuntutan dari Rosul
“Jauhilah perkara baru (dalam urusan ibadah), karena tiap-tiap perkara baru (dalam ibadah)itu bid’ah dan tiap-tiap bid’ah itu sesat dan tiap-tiap sesat itu di dalam neraka” HR. Nasaih
Bid’ah itu menyalahi dakwah (ajakannya) Nabi, melalukan bid’ah berarti mengajak menyalahi yang dibawa oleh Rosulullah SAW, maka bid’ah itu termasuk pintu kekufuran dan pintu kesyirikan

Tingkat ketiga (3).
Jika Iblis gagal menjadikan seorang menjadi kafir atau musyrik atau ahli bid’ah maka diarahkanlah supaya seseorang itu melakukan dosa-dosa besar. Iblis berusaha sekuat tenaga supaya seseorang yang kuat memegang sunnah itu melakukan dosa besar, kemudian dia menyiarkannya kehadapan orang banyak supaya orang lain lari darinya, dan iblis juga mempengaruhi supaya pembantu-pembantunya yang terdiri dari manusia ikut menyiarkannya, sehingga akhirnya orang yang melakukan dosa besar itu merasa malu, putus asa, mundur, kemudian mbledong akhirnya murtad dan menjadi pengikut setianya iblis Naudzu billahi mindzalik
Firman Allah : “Sesungguhnya orang-orang yang senang tersiarnya kejelekan di kalangan orang-orang iman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan akhirat.” QS. Nur 19

Tingkat keempat (4).
Jika iblis juga tidak mampu dalm mempengaruhi seseorang melakukan dosa besar maka diarahkanlah untuk melakukan dosa kecil karena dengan melakukan dosa-dosa kecil itu diharapkan oleh iblis supaya seseorang itu rusak

” Jauhilah dosa-dosa kecil karena perumpamaan dosa-dosa kecil itu seperti segolongan orang yang turun ke dalam jurang, maka datang ini dengan sepotong kayu dan ini juga datang dengan sepotong kayu sehingga mereka membawa kayu-kayu yang dengannya mereka mematangkan roti mereka, dan sesungguhnya dosa-dosa kecil itu ketika diambil dengan pemiliknya maka ia merusaknya. HR. Ahmad

“ Dari anas berkata : sesungguhnya kalian melakukan amalan-amalan kecil daripada rambut dalam pandanganmu, tetapi sesungguhnya kami memandang pada zaman Nabi SAW sebagai pengahancur amalan.” HR. Buhari

Tingkat kelima(5)
Jika iblis gagal mempengaruhi seseorang dengan dosa-dosa kecil, maka maka dia mengarahkan seseorang untuk melakukan kesibukan-kesibukan yang tidak mengandung dosa dan tdk mengandung pahala, tapi bias menyita waktu untuk ibadah seperti begadang sampai larut malam, ngobrol-ngobrol yang tidak bermanfaat, memperbanyak makan minum di luar kebutuhan, memperbanyak menganggurkan diri, memperbanyak tidur dll. Padahal seorang mu’min itu mestinya hrs meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat.

“Sebaik-baik islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak perlu (manfaat) padanya. HR.Tarmidzi

Tingkat keenam (6)
Kalau iblis gagal mempengaruhi seseorang dengan pekerjaan-pekerjann yang muspro maka dia mengarahkan seseorang untuk memengarjakan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap utama, baik, banyak manfaatnya. Dan mengajak orang lain mengerjakannya seperti dia. Terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan, usaha-usaha yang menguntungkan, kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagai banyak orang dan lain sebagainya. Dimana semua membutuhkan waktu, kesempatan, tenaga pikiran, ketekunan yang tdk terbatas, sehingga iblis memasukkan perangkapnya melalui kegiatan-kegiatan tersebut atau oleh iblis seseorang diarahkan untuk memperbanyak berbuat kebaikan kepada sesama, memperbanyak amalan-amalan sunnah dan lain-lain, yng semuanya itu hanya merupakan perangkap-perangkap syetan agar seorang bisa lengah, ditumbuhkan rasa pol sendiri. Ujub terhadap dirinya, meremehkan orang lain, dimasukkan angan-angan yang bermacam-macam yang akan membawa kemajuan, tetapi pada saat seseorang telah masuk dalam giringannya, disambarlah oleh iblis dengan cepat sehingga seseorang trlah terperangkap dalam jebakannya dan iblis mendapat kemenangan dalam menyesatkannya dan kalau dengan cara-cara ini juga tidak berhasil maka iblis menguasakan kepada tentara-tentaranya yang terdiri dari jin dan manusia untuk melakukan bermacam-macam perbuatan yang menyakitkan, seperti orang yang teguh imannya tersebut dianggap kafir, sesat dan menyesatkan. Diintimidasi akan dianiaya, dirusak tempat tinggalnya, dihancurkan tempat ibadahnya dengan tujuan untuk menghentikan semua kegiaan yang hak dan benar supaya hati orang yang teguh imannya merasa bingung dan hanya disibukkan untuk menghadapi rintangan-rintanga tersebut, atau agar supaya orang lain merasa takut untuk mengikuti barang yang hak dan benar atau untuk membendung berkembangnya barang yang hak dan benar itu.

Hal yang demikian ini jelas bagi kita tidak seorang pun dari kita yang benar-benar teguh memegang agamanya, kemurnian agamanya menetapi petunjuk sunnah Nabinya, berjalan di atas jalan terangnya kecuali pasti dihalang-halangi, diringtangi, dihina, dipermainkan oleh family dekatnya maupun family jauh, teman-teman dan musuh, maka tidak ada tempat kembali kecuali Allah.